Gowes Asyik Menikmati Pagi di Pati Utara

Tiga bulan terakhir ini, saya mencoba kembali menikmati olahraga bersepeda yang sudah lama saya tinggalkan. Bukan karena tak suka lagi dengan bersepeda, namun memang waktu dan kondisi yang bikin tak memungkinkan untuk bersepeda. (alasan ngeles, biar dikira sibuk).

Nah untuk itu, saya coba sempat-sempatkan untuk bisa gowes lagi. Selain kangen dengan suasana asyiknya bercengkrama sambil mengayuh pedal, ini juga ajang untuk ngetes fisik yang sudah sekian lama jarang berolahraga.

Alhasil, pada hari Minggu, sekitar tiga bulan lalu, saya siapkan mental dan fisik untuk kembali bersepeda. Malam Minggu, saya harus nginap di rumah temen, agar esoknya bisa gowes. Ini sengaja saya lakukan, karena, kalau saya harus tidur di rumah sendiri, rencana gowes ini bisa saja dan sangat mungkin batal.

Alasannya simple. Tak ada temen bersepeda jika harus start dari rumah. Bukan karena di sekitaran rumah nggak ada yang hobi, tapi mereka ‘tak menganggap’ bersepeda adalah olahraga yang kurang pas bagi mereka.



Diakui atau tidak, olahraga bersepeda ini memang biasanya lebih disukai oleh masyarakat perkotaan, atau setidaknya mereka yang tinggal dekat kota. Selain jalurnya yang enak, komunitas atau penyuka olahraga bersepeda biasanya cukup banyak. Sehingga, cara menikmati olahraga ini juga lebih asyik.

Pun demikian bagi saya, kenapa saya lebih memilih untuk memulai start bersepeda dari rumah temen, yang nota bene tinggalnya agak dekat kota. Agak lho ya, bukan berarti di kota. Tapi jika diukur dari tingkat keramaian, tentu harus saya akui lebih ramai dari desa saya yang memang cukup berada di pedalaman, yang kalau malam, biasanya pukul 21.00 WIB sudah membikin mata ngantuk. Sepi bro…

So…, kita mulai perjalanan Minggu pagi ini

Rute yang saya ambil, mulai dari Kecamatan Tayu. Tujuan gowes kali ini ke daerah Pati bagian utara, tepatnya ke Pantai Banyutowo. Pantai ini berada di Desa Bayutowo, Kecamatan Dukuhseti, Kabupaten Pati.

Tahu dengan Shoimah? Artis yang kini cukup laris dan hilir mudik di layar kaca televisi. Nah, desa ini merupakan tempat Shoimah menghabiskan masa kecilnya.

Kecamatan Dukuhseti memang menjadi daerah di Pati utara yang melahirkan beberapa tokoh,baik di bidang hiburan atau bidang lainnya. Seperti halnya, Marwan Ja’far, Mantan Menteri Desa Tertinggal dan Transmigrasi yang juga berasal dari Kecamatan Dukuhseti.

Untuk mencapai Pantai Banyutowo, dari Tayu kira-kira ditempuh dengan jarak sekitar tujuh kilometer. Kira-kira segitulah, karena saya belum ngecek secara detail.

Modal sepeda pinjaman, saya awali memancal pedal dengan penuh semangat. Meski saya tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya kaki ini ketika sudah setengah perjalanan. Maklum, lama tak merasakan naik sepeda.

Ternyata, mood bersepeda saya masih tetap terjaga dalam perjalanan. Selain cukup ramai yang ikut gowes kali ini, ternyata treknya cukup datar hingga tujuan. Sehingga, tak terlalu membuat kaki ini pegal, meskipun baru pertama kali.

Memasuki Desa Banyutowo, kami sejenak berhenti di sebuah warung makan. Lokasinya tepat berada di pertigaan, tepat masuk jurusan Desa Banyutowo. Meski agak kecil, tapi warung ini cukup ramai dengan pembeli.

Ketika kami baru duduk, beberapa pembeli tampak silih berganti masuk ke warung ini. Kebanyakan mereka membeli makan untuk dibungkus.

Ketika mau membayar makanan, kami baru ngeh, kenapa warung makan yang kami singgahi ini cukup ramai dengan pembeli. Selain makanannya enak, ternyata harganya bisa dibilang sangat murah. Bayangkan saja, kami sarapan pagi ini habisnya cuma Rp 14 ribu. Harga ini bukan untuk satu orang lho, tapi untuk kami berempat.

Rinciannya begini. Kami berempat makan nasi campur atau nasi dengan pecel dan sayur tahu, yang dua orang dengan porsi penuh, kemudian dua orang, masing-masing porsi setengah. Porsi setengah ini, hampir bisa dibilang hampir sama dengan ukuran satu porsi, karena memang cukup banyak. Ukuran di pagi hari, setengah porsi ini, saya tak kuat untuk menghabiskan. Kemudian, kami menambah tempe goreng yang semuanya ada 10 biji. Kemudian, minumnya teh sebanyak dua gelas. Nah, dengan menu semuanya itu, kami hanya habis Rp 14 ribu. Bagaimana, murah kan?

Warung ini cukup rekomended, karena memang banyak pesepeda yang biasanya juga mampir di warung ini. Tapi jika tanya nama warung atau pemiliknya siapa, saya kurang begitu faham. Namun, yang jelas, posisinya berada di pertigaan arah masuk Desa Banyutowo. Silakan kalau mau mampir.

Begitu usai sarapan, kami melanjutkan perjalanan ke pantai. Begitu sampai di pantai, ternyata di sini cukup ramai warga yang memadati area pantai. Baik mereka yang menggunakan sepeda motor, sepeda onthel, atau jalan kaki. Informasinya, pantai ini lebih ramai lagi ketika bulan Ramadan. Setiap pagi, bisa ribuan warga yang memadati pantai ini untuk menikmati suasana pantai.

Tak salah memang ketika pagi atau sore menghabiskan waktu untuk menikmati keindahan alam di sini. Pesona pantai, sangat cocok untuk menghilangkan penat, setelah disibukkan dengan berbagai rutinitas.

Setelah beberapa saat bersantai di pantai, kami kemudian melanjutkan perjalanan pulang. Kali ini bukan melewati rute semula, yakni melalui jalan raya. Tapi, rute pulang kali ini melewati jalur dalam, yakni jalur di tengah pemukiman warga. Melewati panorama hijaunya padi di sawah dan suasana keakraban masyarakat desa, menambah saya lebih bersemangat mengayunkan kaki di atas pedal.

Meski ini pengalaman pertama, tapi tak membuat saya tumbang di tengah jalan, seperti yang saya bayangkan semula. Dengan nafas masih teratur, akhirnya sampai juga di finish. Tapi Kau tahu? Beberapa jam setelah itu, paha saya langsung cekot-cekot, agak gemetar kalau untuk berjalan. Lumayan capek ya ternyata?

Dan, kapan kita bisa bersepeda bareng???





Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Gowes Asyik Menikmati Pagi di Pati Utara"

Posting Komentar