Pertama kali melihat Display Picture BBM seorang kawan, aku
cukup tergelitik dengan materi yang ditonjolkan. “Gerakan Belanja di Warung
Tetangga”. Gerakan ini, seolah menggugah naluri kita kembali bagaimana peran
kita sebagai masyarakat untuk ikut serta dalam peningkatan ekonomi. Yah,
program ekonomi kerakyatan tentunya, seperti yang digaungkan pemerintah.
Dalam prespektif pemberdayaan ekonomi masyarakat kelas
menengah ke bawah, gerakan ini aku nilai perlu diapresiasi dan direalisasikan
dengan niat yang sesadar-sadarnya. Kenapa demikian? Karena, ketika pemerintah
menawarkan program ekonomi kerakyatan, namun hal itu efeknya ternyata masih
belum sesuai dengan ruh dari ekonomi kerakyatan, dengan gerakan ini setidaknya
bisa membantu mewujudkan hal tersebut.
Jika saat ini kita terbiasa dengan pola gaya hidup dengan
belanja ke supermarket atau minimarket, hanya untuk sekadar membeli rokok,
minyak goreng, sabun mandi, odol, keripik singkong, sapu, obat sakit kepala,
dan lain sebagainya, bisa dikatakan sebagian besar keuntungan ekonomi yang
menikmati adalah mereka yang notabene pemilik harta yang melimpah. Apalagi,
tanpa sadar kita mencerna,adakalanya harga di tempat keren seperti ini harganya
lebih tinggi daripada di warung tetangga, meskipun barangnya sama. Tak kita
pungkiri pula, memang ada beberapa hal yang praktis bisa kita dapatkan di
tempat semacam ini.
Namun, coba kita telisik sedikit manfaat belanja di warung
tetangga. Pertama adalah silaturrahim. Dengan belanja ke warung tetangga, kita
bisa meningkatkan tali silaturrahmi dengan tetangga lain. Tak hanya terhadap
pemilik kios saja. Karena, tak jarang ketika kita belanja ke warung tetangga,
ada tetangga sekitar yang kebetulan juga belanja pada saat yang sama. Saling
sapa, atau sekadar menanyakan kabar, setidaknya terjadi ketika berjumpa di
warung tetangga. Komunikasi semacam ini, bisa berimbas terhadap tali
persaudaraan, kerukunan, dan kebersamaan dalam lingkungan sekitar.
Kedua, pelayanan ekslusif bisa kita dapatkan ketika belanja di
warung tetangga. Kita tinggal bilang mau beli apa, pasti akan diambilkan oleh
pemilik toko. Mau terasi, cebe keriting, shampoo, beras kualitas super, atau
sandal merek rakyat Jelata? Semua akan diambilkan dengan tangkas, kamu tinggal
tunggu, dan kasih uang. Kalau tak punya uang, kamu bahkan bisa ngutang. Bukan
demikian? He..he…Kalau
kamu belanjanya di tempat keren seperti yang aku sebutkan di atas tadi, aku
bisa bayangkan mimik muka kamu ketika belanja uangnya kurang, dan barang sudah
ada di kasir. Silahkan, tutupi muka kamu yang semu merah, atau semu coklat. Ah
sudahlah, asal jangan ngompol di celana saja.
Ketiga, dengan belanja di warung tetangga, kita akan turut
berperan dalam menghidupkan ekonomi rakyat. Tak jarang kita melihat pemilik
warung di lingkungan kita itu, tidak semuanya masuk dalam kategori menengah ke atas.
Bahkan, ada pula dari hasil pendapatan berjualan itu, mereka masih
kempas-kempis untuk menyekolahkan anak mereka. Maka, jika hal seperti ini
terjadi, tentunya sangat disayangkan. Ayo ikut berperan untuk membantu
meningkatkan dan menghidupkan ekonomi rakyat yang seperti ini. Rakyat yang
memang butuh program kerakyatan.
Keempat, mendukung pemerataan pendapatan. Jika kita masih
terbiasa dengan belanja di tempat keren, yang biasanya hampir ada di
sudut-sudut keramaian kota, ada baiknya kita juga mulai secara perlahan untuk
belanja di warung tetangga. Karena, pemerataan pendapatan masyarakat bisa
terwujud dengan cara kecil seperti ini. Kawan, ini bukan mengatur dengan pola
gaya hidup kalian, tapi ini ajakan untuk berperan dengan cara yang sangat
mungkin bisa kita lakukan dalam konteks ini.
Kelima, adalah meningkatkan kesejahteraan tetangga.
Setidaknya, dengan belanja di warung tetangga, kita juga dapat membantu
meningkatkan kesejahteraan tetangga kita itu. Lho mulia kan…?
Bagaimana, kamu mau buka warung juga? Ah..jangan buru-buru,
aku bukan tetanggamu, jauh kalau untuk belanja ke warungmu nanti.
Peace kawan, aku koncomu.
Alhamdulillah mencerahkan semoga bermanfaat.
BalasHapus#BelanjaIndonesia