Ketika Sahabat-sahabat Mendapat ‘Surat Cinta’

Pengap, panas, dan aroma kelesuan tiba-tiba menyeruak di dalam sebuah ruangan para pemilik otak brilian. Otak yang selalu dituntut dapat memunculkan ide-ide kreatif, ide yang mampu memberi efek besar dalam perubahan positif bagi masyarakat. Kadang pula, otak harus dituntut mampu menerbitkan retorika sensasional yang dibarengi fakta rasional.

Ruangan dengan fasilitas AC yang disetel suhu 16 derajat celcius, tak mampu mengusir gemuruh panas yang mengalir dari urat-urat  nadi beberapa sahabat yang menerima “surat cinta” pada siang itu. Suasana seperti ini, tak pernah aku lihat dan temukan sebelumnya.

Jari-jari lincah mereka, yang setiap harinya selalu bertarung dengan tombol-tombol hitam keyboard komputer, seolah-olah siang itu kaku, seketika berhenti dan tak mampu lagi digerakkan, setelah membaca isi dari “surat cinta” pertama bagi beberapa sahabatku itu.

Sebagian terlihat tak kuasa lagi mengangkat kepala mereka dengan tegak. Pudarnya gairah tercermin dari tertunduknya kepala yang menghujam ke meja. Sebagian lagi nampak lunglai. Pundak mereka tak bisa sempurna bersandar di kursi goyang yang biasa terasa nyaman untuk sekadar menghalau lelah, akibat berjibaku dengan sederet artikel-artikel multi karakter. Mata nanar mereka, bak mengisahkan perjalanan sejarah panjang yang telah dilalui dalam beberapa masa yang penuh lika-liku dan aroma kompetisi di ranah antah berantah.

Aku yang berada di sudut ruangan tak mampu sekadar untuk menerjemahkan goresan cerita manis mereka. Sebab, aku sendiri sebenarnya hampir berada di posisi mereka. Namun, sinar dari lubang kecil ternyata masih mampu merobos ruangan, yang ternyata masih bisa menjadi penerang meski tak sempurna. Kondisi seperti ini, sebenarnya membuatku tak mampu melihat dengan jelas apa yang berada di hadapanku. Yang aku lihat cuma bayangan dan mungkin saja menjelma menjadi nyata atau bahkan hanya sebuah ilusi. Tak pelak, kegamangan menjadi hantu di siang hari yang sejatinya tak harus terjadi.

ilustrasine campurdiaries.com

“Surat cinta” di hari keramat itu, menjadi pertemuan terakhir bersama sahabat-sahabat dalam situasi dan lingkaran profesionalisme. Selamat  meniti indahnya rona dunia di luar sana kawan. Semoga, ada cerita lebih indah dari saat ini, semoga kita bisa berjumpa dalam sebuah kesuksesan dengan jalan kita masing-masing. Sahabat, tetaplah sahabat, sampai kapanpun ruangan kecil ini pernah ada cerita heroik kalian dan kita.

Selamat membuka lembaran cerita baru para pejuang.




Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Ketika Sahabat-sahabat Mendapat ‘Surat Cinta’"

Posting Komentar