Boom! Mereka Menyerangku dengan Senjata Pamungkas

Sore itu, aku duduk termenung sendirian. Satu per satu, mereka datang kepadaku. Namun tak dinyana, tiba-tiba mereka menyerangku dengan tanpa ampun. Satu orang, dengan postur tubuh  yang tinggi besar dengan pasti mengangkat senjata yang sudah disiapkan dibalik bajunya. Revolver, dengan peluru besi kuning yang siap dilesakkan ke arahku. Dia tahu, jika hanya menggunakan peluru biasa, tak bakal mempan untuk menembus tubuhku. Maka, sejak jauh hari dia sudah menyiapkan peluru besi kuning, untuk merobohkan pertahananku. Peluru ini merupakan senjata pamungkas baginya.
image:kapanlagi.com
Tak memberikan aku untuk menghindar atau sekadar melakukan pembelaan diri, tangannya yang perkasa dengan revolver di ujung genggaman jarinya, tiba-tiba sudah mengacung di depan mukaku. Bahkan, pria ini juga tak memberikan kepadaku hanya untuk sekadar mengungkapkan ekspresi mukaku dari sikap keterkejutanku. Tak ada aba-aba, pelatuk revolver dengan kerasnya tanpa nada ditekannya begitu saja, dan door……!

Aku terhuyung-huyung ke belakang. Tak ada apapun yang bisa untukku pegang, sehingga membuatku terjengkang. Peluru itu begitu dahsyat, tepat mengenai keningku dan menyisakan satu lubang. “Ah..dia tahu kelemahanku,”pikirku. Tapi aku tetap mencoba bangkit dengan sisa tenagaku, agar aku nampak tidak digdaya.

Belum sempat aku berdiri dengan sempurna, dengan mata berkunang-kunang, kulihat sosok perempuan kecil mungil, dengan tatapan mata yang tajam ternyat sudah bersiap mengangkat busur panah yang anak panahnya mengarah tepat di jantungku.
“Apa lagi ini, kenapa mereka mengincarku? Tak tahukah jika pertahananku sudah rapuh, sehingga hampir membuatku putus asa. Aku pasrah,”gumamku.

Jari lentik perempuan itu secara halus menarik anak panah. Jleb…, anak panah yang runcing dengan balutan kertas jimat itu tepat mengenai jantungku. Dan, tak perlu lama, akupun terpental. Sambil memegang ujung anak panah yang tertancap, akupun terkulai.Tapi, akupun masih mencoba bangkit.

Baru setengah berdiri, tiba-tiba sudah datang dari arah belakang seserang perempuan tua yang begitu wibawa. Dia hanya melihatku ketika aku sedang diserang bertubi-tubi. Tatapan matanya yang dalam mengisyaratkan dia kasihan melihat kondisiku, tapi dia terpaku dengan posisi berdirinya yang kokoh.

Cukup lama dia berdiri, dan hanya memandangku. Tak dapat ditebak apa yang ingin dia lakukan. Perlahan dia mendekat, dan sangat dengan dekat. Dibisikkan sesuatu di telingaku, dan boom……, aku terkapar seketika.

Tak perlu senjata, tak perlu peluru tajam, dia hanya perlu mantra pendek untuk menghancurkan pertahananku. Dia punya senjata pamungkas yang paling ampuh untuk membombardir keperkasaanku. Dia tahu kelemahanku agar aku tak berkutik melakukan pembelaan diri. Mantra itu begitu dahsyat. Harus aku akui, mantra yang begitu pendek mampu meluluhlantahkan segalanya. Dia hanya pelan mengucapkan mantra itu. “Kapan kowe nikah?”.  


Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Boom! Mereka Menyerangku dengan Senjata Pamungkas"

Posting Komentar