Ini Bukan Sumatera

Ketika ada orang Jawa merantau pertama kali ke Sumatera, entah itu di bagian mananya, salah satu yang akan membuat orang tersebut biasanya adalah soal makanan. Bukan hal enak atau tidaknya, tapi ini soal harga makanan ketika mereka jajan di warung.

"Kok mahal ya?" 

Mereka akan mengelus dada dan mengelus dompet, ketika sang pemilik warung sudah menyebutkan angka untuk sebuah harga makanan yang telah disantapnya.


Ya, soal harga makanan memang beda. Biasa kalau sarapan nasi pecel satu piring di Jawa masih boleh dengan nominal Rp 2,500, tapi kalau untuk di Sumatera, harga seperti itu sulit untuk ditemui, khususnya untuk daerah perkotaan.

Pengalamanku beberapa hijrah ke Sumatera, tepatnya di Jambi untuk beberapa tahun, cukup merasakan bagaimana gaya kehidupan di sana. Bagaimana pula, tingkat konsusmsi yang cukup tinggi, meski harga relatif mahal, untuk aku yang memang besar di Jawa. Tapi, untuk yang terbiasa hidup di sana, itu sudah hal yang wajar, karena memang cukup terjangkau bagi mereka.

Suasana seperti itu, nampaknya kali ini aku rasakan di salah satu pula Jawa, tepatnya bagian Pantura, atau lebih tepatnya Rembang. Aku menemukan, harga makanan di wilayah ini relatif mahal, dibandingkan dengan beberapa daerah tetangganya, seperti Pati dan Kudus. 

Jika di Kudus atau Pati, Rp 10 ribu sudah bisa mendapatkan nasi pecel, bakwan atau tempe, teh dan rokok satu batang, bisa jadi kalian akan cukup sulit untuk menemukan hal itu di Rembang.

Padahal, jika dilihat dari perkembangan perekonomian, terutama dari perkembangan pembangunan infrastruktur ataupun pembangunan fisik lainnya, di sini masih terhitung kalah dengan daerah lain. Sehingga, untuk sebuah ukuran tingkat biaya hidup yang relatif mahal, aku juga masih memperbandingkannya.

Bagaimana, penasaran dengan kota ini? silahkan mampir..



Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Ini Bukan Sumatera"

Posting Komentar