Penasaran dengan Iwak Manuk Masakan Bu Mun

Usai mengikuti Salat Jumat berjemaah,  bersama beberapa temen kantor biasanya kami tak langsung bergegas meninggalkan masjid. Tak jarang,  kami menjadi penghuni terakhir di masjid yang kami singgahi untuk Salat Jumat.

Lantas,  kenapa kami selalu menjadi penghuni terakhir di masjid tersebut?  Apakah kami kusyuk berdzikir,  sehingga kami berlama-lama di masjid?  Ah.. Tidak. Tapi terima kasih jika kalian berprasangka baik seperti itu.  Ada kebiasaan kami njagong di serambi masjid sambil menikmati suasana yang damai.

Tak tentu apa yang kami bicarakan,  dari hal yang paling sepele hingga sesuatu yang kadarnya kami sendiri terkadang tak bisa terjangkau. Apakah itu tentang agama,  nasib masa depan perusahaan kami hingga ilmu pengetahuan dari beragam cabang,  yang terkadang di luar nalar.

Inilah sajian Iwak Manuk Bu Mun yang mantap itu


Namun,  siang itu pembicaraan menjurus tentang kuliner. Tak biasa, karena ini bukan soal sayur bening, ikan panggang  dan bukan pula mbakyu pelayan warung yang terkesan preman,  gara-gara tato di punggung yang nampak tak begitu jelas motifnya apa,   atau tato kupu yang ada di tangan kirinya. Tapi ini soal iwak manuk. Kuliner khas di Kudus,  karena ini bukan burung biasa,  tapi burung liar yang biasanya berseliweran di sawah.

Entah tumben-tumbenan ada ide brilian soal kuliner yang muncul di saat perut lagi waktunya keroncongan. Tapi yang agak ekstrem,  ternyata tempatnya cukup jauh dari kantor kami. Perjalanan bisa mencapai sekitar 20 menit.

Tahu nggak?  Ide brilian ini ternyata hampir saja batal diwujudkan. Tempat,  menjadi salah satu alasan. Kemudian kendaraan. Kalau pakai sepeda motor,  katanya panas,  karena jauh. Terus,  kalau pakai mobil,  ketika itu yang ada mobil Honda Brio.

"Orangnya 6,  tapi mobilnya cuma setugel. 4 orang di belakang gimana?"

"Tak masalah" sontak 5 dari 6 orang sepakat. Artinya ini memenuhi kuorum.

Alhasil,  siang itu kami langsung menuju warung milik Bu Mun,  yang memiliku masakan spesialis burung liar.

Kalian tahu apa yang terjadi setelah sampai di warung Bu Mun?  Ya betul,  pesan makan. Karena kan kami mau makan,  bukan beli pulsa.

Nah ini temen-temen yang katanya penasaran dengan Iwak Manuk Bu Mun


Setelah makanan tersaji semua,  seolah perjalanan kami yang agak lumayan jauh terobati. Sebab,  iwak manuk Bu Mun yang kami bicarakan sejak di masjid tadi ternyata memang mak nyus. Hemm, sambalnya pedasnya pas,  jadi tak afdol kalau nggak nambah. Iwak manuknya?  Gurih bro.

Bagaimana penasaran?  Ini bisa jadi rekomendasi untuk sahabat-sahabat semuanya.  Tempatnya gampang,  karena berada di pinggir jalan raya.  Tepatnya di Jalan Kudis- Purwodadi,  Desa Kalirejo,  Undaan,  Kudus.  Atau takut nyasar?. Boleh aku temenin,  call me ya.

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Penasaran dengan Iwak Manuk Masakan Bu Mun"

Posting Komentar